Feeds:
Posts
Comments

Profile

Prof. DR.Ir. H. Rohani Jahja Widodo, MSEE

Bermodalkan DUIT (Do’a, Usaha, Iman, dan Taqwa)

dan Berjuang Demi Tanah Air


Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai sejarahnya. Kalimat itu sudah menjadi idiom, bahwa menghargai sejarah termasuk menghargai para pejuangnya. Tidak semua kita tahu siapa para pejuang itu, dari angkatan 45 saja kita tidak hafal, padahal bangsa Indonesia dijajah lebih dari 350 tahun, tidak terhitung lagi betapa banyaknya pejuang yang gugur demi merintis, dan memperjuangkan hingga negara ini bisa disebut merdeka. Sebagai generasi muda kita mungkin “hanya” kebagian untuk mempertahankan kemerdekaan ini dan terus mengisinya. Baik memperjuangkan ataupun mempertahankan kemerdekaan sama-sama bukan tugas yang mudah. Dari generasi ke generasi semua memiliki tugas dan kewajiban masing-masing, tetapi hakikatnya sama, yaitu membawa bangsa Indonesia menuju masa depan yang lebih baik.

Profil atau figur satu ini dapat dikatakan pejuang dari jaman sekarang ini, yang diwarisi oleh sang ayah tercinta yang merupakan salah seorang pejuang kemerdekaan NKRI tahun 1945. Tak henti, meski sekarang telah memasuki masa-masa senja, keinginannya untuk melihat bangsa ini maju, masih begitu menggebu, bahkan kalau bisa ia ingin tetap ikut serta di dalamnya, berperan sesuai dengan kemampuannya. Beliau adalah Prof. DR. H. Rohani Jahja Widodo, yang kini menjabat Guru Besar Fakultas Teknik Jurusan Teknik Elektro Universitas Kristen Maranatha Bandung.

Anak Dusun yang Berhasil

“Hidup ini seperti mimpi. Tidak pernah terbersit impian, anak dusun seperti saya jadi seorang Guru Besar. Mimpi rasanya, tapi kenyataan. Allah SWT telah memberikan yang terbaik dan kuasa-Nya untuk saya”. Itulah untaian kata-kata yang bergulir dari pria yang asalnya sebagai anak dusun. Rangkaian kata-katanya memang singkat namun bermakna dalam bila direnungkan. Kepedihan hidup dimasa kecil tampak begitu membekas dan mendalam sehingga kata demi kata terangkai indah dan menggambarkan perjalanan awal hidupnya hingga sekarang.

Namun berkat ketulusan do’a orangtua tercinta dan diiringi kemauan keras, ketekunan, keuletan, dan kesabaran serta do’a kepada Allah SWT dari anak dusun ini, ternyata mampu meraih keberhasilan hidup, merubah nasib dan meningkatkan harkat dan martabat keluarga. Semua itu dijalani anak dusun ini dengan penuh perjuangan yang tak kenal menyerah. “Jadi memang sejak kecil, saya tidak hidup enak-enak saja tapi terus berjuang untuk dapat sukses. Dan perjuangan itulah yang menggembleng saya”,tandas pria yang ramah dan supel tiap bersua dengan setiap orang ini penuh semangat.

Perjalanan Hidup

Pria yang akrab disapa Widodo ini lahir di dusun Blambangan daerah Prambanan Yogyakarta bagian Timur, tempat kakeknya menjabat sebagai Lurah, pada tanggal 9 Februari 1938 dan dibesarkan di rumah orangtuanya tepatnya di Kecamatan Plered Kabupaten Bantul Yogyakarta Selatan sampai dengan usia 9 tahun. Di sebuah dusun itulah, Widodo kecil memulai pendidikan dasarnya. “Saya bangun jam 4 subuh lalu berangkat ke Sekolah Rakyat dari dusun menuju ke tengah kota, yaitu di Keputran A daerah Alun-alun Yogyakarta dengan berjalan kaki”,kenang pria yang selalu tampil sederhana dan tenang ini.

Kepedulian Widodo terhadap masalah Bangsa dan Negara Indonesia dimulai dari kehidupan keluarga, karena ayahanda adalah Lurah di desanya. Akan tetapi, setelah Proklamasi Kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945, ayahanda tercinta memilih untuk tidak menjadi seorang Lurah kembali, namun bergabung dengan para pejuang tanah air lainnya dengan bergerilya memperjuangkan kemerdekaan NKRI, sehingga jiwa nasionalismenya turun kepada anak-anak, Widodo dan kakak-kakaknya. Berselang waktu, ayahanda tercinta membeli rumah di kota tepatnya di Kampung Tegal Lempuyangan untuk mempermudah dalam  perjuangannya waktu itu.

Alhamdulillah, setelah saya berumur 9 tahun, ayahanda bisa membeli rumah di tengah kota dengan menjual sawah dan beberapa harta benda lainnya”, ungkapnya sambil mengatakan bahwa ayahanda tercinta seseorang yang memiliki semangat perjuangan dan motivasi menuntut ilmu sangat tinggi dan patut diteladani. Hal ini bisa dibuktikan dengan ucapan ayah tercinta saat itu,”Saya rela menderita di tempat lain demi NKRI”.

Di tempat baru inilah, Widodo melanjutkan Sekolah Rakyat sampai menyelesaikan pendidikan SMA dengan nilai terbaik pada tahun 1958. Menginjak bangku SMP, ia sudah aktif dalam berbagai bidang organisasi dan olahraga. Organisasi yang pertama dimasukinya adalah salah satu Organisasi Pelajar yang berbasis Islam, yaitu Pelajar Islam Indonesia (PII), yang membuat pergaulannya menjadi luas. Sedangkan kegiatannya dalam bidang olahraga, membuat ia bersama rekan-rekannya pada tahun 1954 mendirikan Persatuan Voly Indonesia Tegal Lempuyangan, disingkat VOIT yang merupakan sebuah nama merek bola voly yang sangat terkenal pada waktu itu.

“Saat itu olahraga voly sedang naik daun karena tidak memerlukan tempat yang luas dan jumlah pemain yang banyak”, kenangnya. Bahkan ia pernah bertanding ke Surakarta, Magelang, dan lain-lain untuk mengikuti berbagai perlombaan Bola Voly. Dan, Alhamdulillah hasilnya cukup menggembirakan, Widodo bersama rekan-rekannya berhasil  meraih juara harapan, di tengah persaingan yang sangat ketat.

Peristiwa yang tidak diinginkan harus dialami bangsa Indonesia, pada tahun 1948 Belanda dan sekutunya melakukan Agresi Militer ke daerah Yogyakarta, yang merupakan Ibukota Republik Indonesia (RI) saat itu. Pada waktu itu lobi dari perwakilan Amerika Serikat, Belanda, dan Inggris di PBB bisa mempengaruhi badan dunia tersebut, sehingga  Sidang Umum PBB memutuskan bahwa Jakarta termasuk Jawa Barat bukanlah merupakan bagian dari Negara RI. Atas hal tersebut, Presiden RI ke 1, Panglima Tertinggi, Ir. Soekarno memerintahkan kepada semua tentara bahkan setiap penduduk Indonesia yang merasa bagian dari Negara RI agar berhijrah ke Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). “Kita harus keluar, kita harus berhijrah ke Yogyakarta”, himbau Ir. Soekarno pada saat itu. Sehingga semua penduduk di tanah air termasuk dari Jawa Barat, tentara Siliwangi dan masyarakatnya pun berangkat ke DIY, ada yang menggunakan alat transportasi kereta api, bahkan banyak yang berjalan kaki (long march). Dan pada saat itu Sultan Hamengku Buwono IX (alm), Gubernur DIY menyambut dengan sangat baik kedatangan para pejuang kemerdekaan dan penduduk Indonesia di DIY.

“Saya melihat sendiri bagaimana kereta api itu disesaki para pejuang dari Jakarta dan tiba di Stasiun Tugu DIY pada saat keremangan malam”,kenangnya sambil terharu pada perjuangan bangsa Indonesia terdahulu. Oleh karena situasi genting saat itu, sehingga  ayahandanya kembali menjadi seorang gerilyawan bersama-sama Bapak Soeharto (mantan Presiden RI ke 2). “Lalu saya dan keluarga diungsikan ke sebuah pegunungan, karena jika tentara Belanda mengetahui bahwa ada salah seorang anggota keluarga yang menjadi Pejuang Kemerdekaan maka akan disikat habis keluarganya oleh mereka”, kenang pria yang masih terlihat enerjik dan penuh semangat ini.

Perjuangan dan pengorbanan bangsa Indonesia ternyata tidak sia-sia. Berselang waktu kemudian, akhirnya Dunia Internasional menyadari kesalahannya, termasuk dari pihak Belanda, Amerika Serikat dan Inggris. Sehingga pada bulan Desember 1948, Badan Dunia PBB memutuskan bahwa daerah Jakarta, Jawa Barat merupakan satu Kesatuan Negara Republik Indonesia (NKRI). Atas hal tersebut, rakyat Indonesia bersuka cita dan para pejuang kembali lagi ke rumah mereka masing-masing.

Sekembalinya dari pengungsian, Widodo terkejut karena paling sedikit ada empat keluarga yang menempati rumah mereka, masing-masing dari Semarang, Purwokerto, Klaten, dan lain-lain. Akhirnya dengan sangat sopan, ayahanda tercinta meminta mereka untuk keluar dari rumahnya secara baik-baik. Karena mereka tidak mau mengalah, akhirnya dengan lapang dada orangtua tercinta mengalah dan berpindah ke rumah di desanya.

“Namun, saat itu, saya dan ketiga kakak hanya diberi satu kamar oleh mereka, padahal saya adalah pemilik rumah yang sah. Namun akhirnya mereka sadar dan keluar dari rumah tersebut. Dari kejadian tersebut terkandung hikmah dimana salah seorang putra dari keluarga yang menempati rumah tersebut ternyata menikah dengan kakak perempuan ketiga saya,” kenang Widodo yang sangat mengagumi figur ayah dan ibunya.

Setelah kembali dari pengungsian, Widodo melanjutkan sekolahnya. Usai lulus sekolah di SMA-IV B Yogyakarta, Widodo setelah melewati berbagai situasi di Tanah Air, pada jaman dipecah-pecahnya negara kita menjadi beberapa negara bagian, maka 1958 meneruskan sekolahnya ke Fakultas Teknik Universitas Indonesia di Bandung Jurusan Teknik Elektro. Sekolah ini kemudian diresmikan oleh Presiden RI ke 1 Ir. Soekarno menjadi Institut Teknologi Bandung (ITB) pada 02 Maret 1959.  ”Sebetulnya waktu itu, saya diterima di Fakultas Teknik Sipil Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, tetapi karena tidak ada Jurusan Teknik Elektro akhirnya saya memutus untuk kuliah di Bandung tahun 1958″, tutur pria yang kini menjadi staf pengajar di Jurusan Teknik Elektro Universitas Kristen Maranatha Bandung dan Universitas Trisakti Jakarta, setelah Pensiun Guru Besar ITB tmt 01 Maret 2003.

Setelah berhasil menyelesaikan Ir. Teknik Telekomunikasi di ITB tahun 1962 dalam waktu yang tercepat untuk ukuran saat itu, ia mendapat beasiswa untuk melanjutkan kuliah Pasca Sarjana di University of Kentucky Lexington Amerika Serikat hingga mendapat gelar Master of Science in Electrical Engineering tahun 1964. Kemudian, ia berhasil mendapatkan beasiswa kembali ke University California Los Angeles (UCLA) Amerika Serikat, TH Delft Belanda, Jepang di Kanazawa Institute of Technology, University of Tokyo, Kyoto Institute of Technology dan Sophia University serta International Centre for Theoretical Physics di Trieste, Italia. Bahkan pada tahun 1985, ia meraih gelar Doktor Ilmu Teknik dari ITB Bandung.

Terlepas dari hal tersebut di atas, Widodo yang dikenal sebagai seorang yang teguh, memulai kariernya sebagai Staf Pengajar di Jurusan Teknik Elektro  ITB (1962-2003). Perjalanan karier Widodo perlahan tapi pasti menanjak secara konsisten sebagai berikut, antara lain pernah menjabat sebagai : Kepala Laboratorium. Sistem Pengaturan Jurusan Teknik Elektro ITB tahun 1980-1986, Ketua Jurusan Teknik Elektro ITB tahun 1986-1989, Guru Besar Sistem Kendali ITB pada tanggal 1 Oktober 1987 sampai dengan tanggal 1 Maret 2003, Pembantu Rektor I di Institut Teknologi Adityawarman (1987-1990), Sekretaris Jurusan sampai dengan Dekan di Universitas Kristen Maranatha (1974-1990), dan lain-lain. Meski begitu ia juga tetap membina beberapa perguruan tinggi di Tanah Air seperti STTS Surabaya, UNJANI Cimahi, STTNas Yogyakarta,  UMS Surakarta dan STMIK Bumigora Mataram Lombok NTB di samping pekerjaan rutin, yaitu mendidik.

Selain mendidik, sampai sekarang Widodo juga kerap  melakukan kegiatan menulis, yang berkaitan dengan profesi yang ditekuninya. Berbagai karya ilmiah telah ditulisnya, antara lain : Literature Survey On Optimal Control Of Linear Systems With Quadratic Performance Index, TH Delft, Oktober 1971 ; Penelitian Model & Simulasi Peralatan di Industri, ITB Bandung, 1971 ; Polytechnic and Its Role for Developing Human Resources in Batam, Juli 2003 ; dan lain-lain.

Seiring dengan itu semua, Widodo juga aktif dalam berbagai organisasi profesi ilmiah, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Dimulai dengan menjadi Anggota The Institution of Engineering Indonesia / Persatuan Insinyur Indonesia (PII), The Indonesian Instrumentation Systems Society (HIMII), The Control Systems Society of the IEEE berpusat di Amerika Serikat, The Indonesian NMO of The IFAC berpusat di Austria, The Asian Control Professors Association (ACPA), Penasihat Asosiasi Dosen Indonesia (ADI) wilayah Jawa Barat tahun 2005-2010, Ketua Perhimpunan Psiko Neuro Immunologi Indonesia (PPNII) wilayah Jawa Barat tahun 2005-2010, dan lain-lain.

Mendirikan MASDALI (Masyarakat Sistem Kendali Indonesia)

Pada tanggal 20 Mei 1996,  Hari Kabangkitan Nasional Indonesia, Widodo bersama-sama sepuluh staf pengajar ITB mendirikan organisasi profesi bernama MASDALI (Masyarakat Sistem Kendali Indonesia). Diawali dengan Sarasehan pakar teknik kendali pada tanggal 16 Maret 1996 di Perpustakaan Pusat ITB yang memunculkan ide untuk membuat wadah antar para pakar bidang kendali. Menindaklanjuti hal ini Widodo bersama rekan-rekannya mempresentasikan gagasan ini di beberapa tempat, yaitu : Universitas Trisakti Jakarta bulan April 1996, Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya pada tanggal 1 Mei 1996, dan Universitas Gajah Mada Yogyakarta pada tanggal 2 Mei 1996.

Di ketiga pertemuan ini para peserta baik dari kalangan industri, perguruan tinggi maupun lembaga penelitian menyambut positif ide pendirian wadah ini sehingga berdirilah MASDALI. Menurut Widodo, perjalanan pahit getir hidup MASDALI sama dengan pahit getir kehidupannya. Pria yang sekarang dipercaya menjabat sebagai Ketua Umum MASDALI (Masyarakat Sistem Kendali Indonesia / The Indonesian Control Systems Society) sejak tahun 1996 sampai sekarang ini mengatakan bahwa anggota MASDALI sudah tersebar di seluruh dunia. Asia Pacific Confeceren on Art Science Engineering Technology (ASPAC on ASET) ke 1 diselenggarakan oleh MASDALI pada bulan Oktober tanggal 05-08, 2004 di Bandung bertepatan Hari Tentara Nasional Indonesia (TNI). ASPAC on ASET ke 2 yang akan diselenggarakan di Solo pada bulan Mei tanggal 19 – 22, 2008 bertepatan dengan Seratus (100) Tahun Hari Kebangkitan Nasional Indonesia.

Adapun yang menjadi Tujuan dari MASDALI, antara lain :

1. Menyumbangkan dharma-baktinya dalam bidang dan teknologi sistem kendali untuk pembangunan masyarakat Indonesia

2. Mempertinggi taraf ilmu pengetahuan dan teknologi sistem kendali dalam arti yang seluas-luasnya

3. Membantu masyarakat dan pemerintah dalam memecahkan dan menangani masalah-masalah yang terkait dalam bidang dan teknologi sistem kendali

4. Membina perkembangan, kemajuan dan kemampuan anggota MASDALI

Dan itu penyelenggaraan Konferensi Asia Pasifik yang kedua bertema “Meningkatkan Mutu Sumber Daya Manusia (SDM) melalui Pendidikan, Pelatihan, Penelitian dan Pengembangan”. Dengan harapan agar konferensi ini sebagai ajang bersama dalam meningkatkan Kompetensi SDM sebagai : Pendidik, Peneliti, Perencana, Pengambil Keputusan dan Pebisnis atau (P-5).

Ternyata riwayat hidup singkat pria yang telah menerbitkan beberapa diktat / buku untuk kuliah Komputer, Rangkaian Switching, dan Pengaturan / Kendali ini, juga masuk dalam buku Apa & Siapa Ilmuwan dan Teknokrat Indonesia yang diterbitkan oleh Penerbit Pustaka Kartini bulan Juli 1989, buku tersebut memuat riwayat hidup singkat tokoh-tokoh ilmuwan dan teknokrat di seluruh tanah air.

Pandangan tentang Kekayaan Alam di Indonesia

Ditanya tentang kekayaan alam yang dimiliki Indonesia, Widodo menilai Indonesia dianugerahi kekayaan alam berupa energi yang luar biasa besar. Indonesia merupakan Negara dengan pancaran sinar matahari terlama di dunia. Indonesia juga dianugerahi laut terluas (70 persen dibanding luas daratan) dengan gelombang yang tinggi. Menurutnya, semua potensi ini jika dimanfaatkan dapat menjadi energi alternatif yang luar biasa besar dan kaya. Oleh sebab itu, lanjutnya, program meningkatkan pemanfaatan energi alternatif termasuk energi nabati yang dilakukan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sangat tepat. Untuk melaksanakannya perlu peningkatan kualitas SDM Indonesia. Selain itu, satu hal yang penting adalah pemerintah harus fokus pada program ini, karena yang terjadi selama ini fokus pemerintah terhadap program ini terbagi-bagi. Selain itu, harus ada kerjasama antara pemerintah dengan berbagai pihak, disertai dengan ketabahan dan keuletan hati.

Untuk memaksimalkan potensi pemanfaatan energi di seluruh Indonesia, menurutnya, saat ini mesti dikampanyekan program hemat energi. “Adalah ironis, ketika banyak sekali anak bangsa yang kekurangan energi bahkan belum pernah merasakan listrik, tetapi di tempat lain ada segelintir para pejaba/tokoh masyarakat yang memiliki lebih dari satu rumah dengan energi yang berlimpah. Karena itu, kampanye hemat energi lebih digelorakan lagi”,ujar pria yang pernah menulis satu bab dalam buku “Pengantar Sistem Komputer” dari Penerbit Erlangga tahun 1984 dan pernah menerjemahkan buku Charles L. Phillips & Royce D. Harbor, Feedback Control Systems. Prentice – Hall International, Inc, 1996.

“Negara Indonesia memiliki kekayaan alam yang luar biasa hebatnya, dianugerahi Tuhan YME yang tidak ada duanya di dunia. Panjang khatulistiwa terpanjang di dunia. Selain itu, jumlah kepulauan yang mencapai 17 ribu pulau, dimana ada yang dihuni dan ada yang belum, serta dengan banyaknya jumlah SARA (Suku, Agama, dan Ras) di Indonesia, harus dilihat dari segi positif, jangan negatif thinking. Semua itu hendaknya kita anggap sebagai karunia Allah SWT, mari kita manfaatkan potensi itu dengan sebaik-baiknya agar anak cucu kita itu masih bisa menikmatinya kelak”,ujar pria yang berharap negara Indonesia bisa menjadi masyarakat ilmiah yang terpandang dan menyamai negara-negara yang sudah maju.

Keluarga

Dalam kehidupan berumahtangga, Widodo menikah dengan sang isteri tercinta Sri Hayati Widodo (Pensiunan Staf Pengajar Biologi FMIPA ITB), dan telah dikaruniai 3 orang putra dan 2 orang cucu laki-laki. Menurutnya, isteri tercinta merupakan orang yang hebat juga, bahkan lebih hebat dari dirinya. “Karena seorang bapak tidak bisa melahirkan generasi yang akan datang. Akan tetapi sang ibu bisa, minimal itu”,tukas Widodo yang mempunyai kakak perempuan yang kini  bertempat tinggal di daerah Abdurrahman Saleh, dan kakak pria  seorang pensiunan pejabat tinggi di Departemen Pertanian yang bertempat tinggal di Bogor.

Sementara ketiga anak laki-lakinya telah dewasa dan telah menikah serta semuanya menjadi orang yang baik dan benar. Anak pertama bernama Roy Sudiro Santoso yang sudah menyelesaikan S-2 Teknik Sipil Program Jalan Raya di ITB dan sekarang menjadi Pejabat di Dinas Pekerjaan Umum (PU) Jakarta. Adapun anak keduanya bernama Dhanianto Nugroho yang telah menyelesaikan S-2 MM di Universitas Parahyangan (UNPAR) dan sekarang menjadi salah seorang Pejabat BII di Jakarta. Anak bungsu bernama Imam Priyono calon Staf Pengajar Muda Teknik Geologi di ITB. Sementara itu, disinggung mengenai cucunya, ia mengatakan, cucu terbesarnya baru naik ke kelas 2 SD, sedangkan cucu kedua masih berumur 15 bulan. “Dan cucu ketiga 2 bulan”, tutur pemilik Penghargaan Instruktur dari Komando Pendidikan Wing Nomor 2 LANUD Sulaiman, Purna Pembina (1979) dari Komandan Jenderal KODIKAL Surabaya, Satyalancana Dwidya Sistha (1983) dari Menteri Pertahanan Keamanan, Pengabdian 25 Tahun (1987) dari Rektor ITB Bandung, dan Satyalancana Dwidya Sistha (1992), Jakarta dari Menteri Pertahanan Keamanan, Jakarta.

Mengenai dukungan keluarga yang diberikan kepadanya dalam menjalankan tugas, ia menyatakan sangat baik. Kepada keluarga terutama anak cucunya, Widodo berharap agar mereka menjadi manusia yang jujur dan mau membela negara NKRI tanpa syarat. “Right or wrong it is my country (baik atau buruk itu negara saya),”tandas pria yang telah menyampaikan beberapa ratusan makalah dan mempublikasikan beberapa puluh tulisan ilmiah.

Kesan dan Pesan terhadap Generasi Muda

Generasi muda adalah harapan bangsa. Mereka adalah calon pemimpin bangsa di masa depan. “Dua puluh atau duapuluh lima tahun lagi mereka akan memegang tampuk pimpinan bangsa”, tutur pria yang cerdas dan penuh wibawa ini. Oleh sebab itu, menurutnya, nasib bangsa ini ditentukan oleh generasi mudanya di masa datang. Kalau generasi mudanya lemah, bangsa ini menjadi bangsa yang lemah pula. Sebaliknya, kalau generasi mudanya memiliki rasa percaya diri dan mental yang kuat, maka bangsa ini akan menjadi bangsa yang jaya dan kaya. Kemajuan akan terlihat di berbagai bidang, khususnya dalam kehidupan masyarakat Indonesia yang sejahtera, makmur, dan tenteram.

Berkaitan dengan hal tersebut, pria yang pernah menjadi staf pengajar di Sekolah Tinggi Teknik Angkatan Laut ini, berpesan kepada generasi muda agar tidak melupakan tiga jaman. Pertama, Yesterday atau berarti jaman yang sudah lalu. “Jaman ini disebut sejarah, dan sejarah itu sudah terjadi. Oleh karenanya jangan melupakan dan merekayasa perjalanan sejarah”,tandasnya. Kedua, Today yang berarti jaman sekarang. Dimana kita harus bersyukur kepada Allah SWT karena kita masih bisa menikmati hidup sampai hari ini dan mengisinya dengan cara berjuang demi bangsa dan negara Indonesia. Ketiga, Tomorrow, yang berarti jaman yang akan datang yang masih merupakan sebuah misteri kehidupan. “Jaman ini milik Allah SWT akan tetapi manusia harus berusaha memperbaiki kehidupannya sebab Allah SWT tidak akan mengubah nasib suatu bangsa, jika bangsa itu tidak berusaha mengubah nasibnya sendiri”,tutur pria yang murah senyum ini. Menurutnya, untuk meraih hal  tersebut, kita hendaknya fokus, kerjakeras, dan bekerjasama dengan semua makhluk ciptaan Allah SWT. Selain itu membekali diri dengan DUIT (Do’a, Usaha, Iman dan Taqwa) itu kunci sukses meraih kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. “Dan kita harus bangga bahwa NKRI adalah tanah airku, darahku merah dan hatiku putih. Dan semoga bangsa kita akan menjadi bangsa yang jaya dan maju”,harap Widodo dengan penuh semangat sambil menutup percakapan dengan Tim Profil.

Bandung, 21 Oktober 2007

Rohani Jahja Widodo

Education & Actifity

OCCUPATION RELATED TO UNIVERSITIES          :

Department of Electrical Engineering, Institut Teknologi Bandung

01 March 2003   :   Professor Emeritus in Control Engineering

1989          –          2003   :  Professor in Control Engineering

1983          –          1987   :  Head of Electrical Engineering Department

1980          –         1984    :  Head of Control Laboratory

1962          –           2003  :  Lecturer


2. Department of Electrical Engineering, Maranatha Chritian University, Bandung

1970       –         now        Lecturer in Control Engineering

1970       –         1975       Head of  Electrical Engineering Department

1997       –         2002       Dean of Engineering Faculty


3. Department of Electrical Engineering, Universitas  Trisakti,  Jakarta

1990         –           now                 :         Lecturer in Control Engineering


4. Institut Teknologi Aditiawarman , Bandung

1987        –         1990                   :         Vice Rector for Academic Affairs


5. Academic adviser for several universities :

1. STMIK Bumigora Mataram Lombok NTB       :      2002 – 2003

2. STTS Surabaya JATIM                                   :      2003  – now

3. UNJANI Cimahi JABAR                                 :      2003 – now

4. UMS Surakarta  JATENG                               :      2003   – now

5. STTNas Jogjakarta                                       :     2005 –  now

6. STMIK Bumigora Mataram Lombok NTB       :     2006 –   now


PROFFESIONAL ORGANIZATIONS     :

1.   Members of  :

The Institution of Engineers Indonesia (PII)

The Control Systems Society IEEE

The Indonesian NMO of  The IFAC

The Asian Control Professors Association (ACPA)

The Indonesian Instrumentation Systems  Society (HIMII)


2.   The President of MASDALI (the Indonesian Control Systems Society )/

Masyarakat Sistem Kendali Indonesia (MASDALI) :  1996 – 2010.

3.  The Advisor for the Indonesian Staff  Members Association (ADI),

West Java Chapter  2005 – 2010.


4. The Chairman of the “Perhimpunan Psiko Neuro Immunologi Indonesia”

(PPNII), West Java Chapter 2005 – 2010.


A.  Pendidikan Tinggi Formal

No.

Jenjang Pendidikan

Perguruan Tinggi

Th. Lulus

Gelar

Bidang

1.

S1

ITB

1962

Ir.

Teknik Telekomunikasi

2.

S2

Univ. of Kentucky Lexington, USA

1964

MSEE

Sistem Pengaturan/

Sistem Kendali

3.

S3

ITB

1985

Dr.

Ilmu Teknik

Pelatihan

No

Jenis Pelatihan

Instansi Penyelenggara

Sertifikat/Dip

Tahun

Bidang

1.

Kursus Singkat

UCLA – USA

Piagam

1964

Sistem Kendali

2.

Kursus Singkat

UNESCO di Italia

Piagam

1974

Matematika

3.

Research- Fellow

Riset doctoral

T.H.Delft   Nederland

Piagam

1971-

1972

Sistem Kendali

4.

Research Fellow

Tokyo University

Japan

tidak

1979

Sistem Kendali

5.

P4 (100 jam)

Tingkat Propinsi

Negara   R.I.

Piagam

1980

P4

6.

Visiting Scientist

Sophia University Japan

tidak

1984

Sistem kendali

7.

Kursus Singkat UNESCO

Kanazawa Institute of Technology Japan

Piagam

1985

Teknik Komputer

8.

Visiting Scientist

Kyoto Institute of Technology Japan

1989

Sistem Kendali

Keanggotaan Profesi

No.

Organisasi Profesi

Sejak Tahun

Keterangan

1.

The Institution of Engineers Indonesia (Persatuan Insinyur Indonesia – PII )

1963

Bidang Kejuruan Elektro

Anggota Seumur Hidup

2.

The Control Systems Society IEEE(Institute of Electrical, Electronics Engineers)

1967

Anggota

3.

The Indonesian NMO(National Member Organization) of  the IFAC (International Federation of Automatic Control)

1990

Anggota /Perwakilan

4.

The Asian Control Professors Association (ACPA)

1997

Anggota

5.

6.

7

8.

President of the Indonesian Control Systems Society (ICSS)/MASDALI (Masyarakat Sistem Kendali Indonesia)

Pembinaan Profesi BKE PII

Asosiasi Dosen Indonesia (ADI)

Perhimpunan Psiko Neuro Imunologi Indonesia (PNII)

1996

1990

2005

2005

Anggota Seumur Hidup

Ketua Umum

Ketua Bidang

Penasehat Pengurus ADI Wilayah JABAR

Ketua PNII Cabang Bandung

Penghargaan

No.

Jenis Penghargaan

Tahun

Keterangan

1.

TNI – AU

1973

Wing Pendidikan No.2

2.

TNI – AL

1979

Purna Pembina

3.

Menhankam RI

1983

Satya Lencana Dwidya Sistha

4.

Rektor ITB

1988

Piagam Penghargaan 25 tahun

5.

Menhankan RI

1992

Satya Lencana Dwidya Sistha

Publikasi

Publikasi ilmiah sejak tahun 1970

No.

Judul Publikasi/Penelitian

Jurnal

Tahun

Keterangan

1.

Artificial Neural Network for Predicting Indonesian Stock Exchange Price

Internal Report

1999

2.

Inventory Control Systems for Industrial Manufacturing Based on Fuzzy Logic

Control Systems Journal, Vol.3, No.2

1999

3.

Decoupling Controller for Chemical Columc Distilation

Control Systems Journal, Vol.3, No.2,

1999

4.

Design of Nonlinier Control Using Sliding Mode Metode

Control Systems Journal Vol.3, No.1,

1999

5.

Hybrid Systesms for Controlling Brush Less  Electric Motor

Internal Report

2000

6.

Robot Visual Control Systems Using Back Stepping Method

Internal Report

2000

7.

Dissipative Control Systems Gain Schedulling Using Linear Matrix Inequality Equations

Internal Report

2000

8.

Intelligent Hydro-Mechanically Self-Controlled Water-Gate For Flood Mitigation, Water Supply And Drainage In Tidal Wetlend Of The Coastal Zone And Food Areas

Internal Report

2001



Hello world!

Welcome to WordPress.com. This is your first post. Edit or delete it and start blogging!